Fakta Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pakaian merah. Ingat sejarah. Demikian dilaporkan redaktur Bung Karno. Salah satu dari sekian banyak peristiwa sejarah yang perlu diketahui dan tidak boleh dilupakan adalah sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Untuk menambah informasi sejarah atau untuk menyegarkan ingatan, koranmemo.com menyajikan fakta-fakta sejarah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang patut untuk diketahui.

1. Mulailah dengan penculikan

Ada penculikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta sebelum manifesto itu berlaku. Penculikan itu dilakukan oleh sekelompok pemuda yang mendesak dibuatnya manifesto penculikan Bunga Karno dan Bunga Hatta. Penculikan dua pria di kawasan Rengasdengklok itu tak sia-sia. Pemuda ingin memastikan keselamatan dua tokoh kunci sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.

Perjuangan anak muda membuahkan hasil. Soekarno kemudian mengatur waktu dan tempat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

2. Negosiasi di Kediaman Laksamana Maeda

Fakta Sejarah Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaSebelum proklamasi, pada 16 Agustus 1945, orang-orang yang sepaham berkumpul di kediaman Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjor 1, Jakarta untuk membicarakan pelaksanaan dekrit tersebut. restoran. Orang-orang pada saat itu sedang mendiskusikan berbagai macam topik, terutama bagaimana menjelaskan teks iklan tersebut.

Diantara data yang dikumpulkan adalah Ahmad Subardjo. Sukarni, Sudiro, B.Dia dan tentu saja Sukarno dan Hatta. Mereka berdebat sampai pukul 04:00 pagi. Setelah selesai, Sayuti Malik memasukkan teks yang disepakati.

3. Perselisihan tentang cara membaca teks

Liriknya disepakati, tetapi masih ada perselisihan antar karakter. Khususnya, di mana teks itu harus dibaca? Sukarni berpendapat teks itu harus dibacakan di Lapangan Ikada. Tapi Sukarno punya ide yang berbeda dari rekan-rekannya. Dia menyarankan membaca di rumah Sukarno, Jalan Pegansan Timur 56.

Diskusi itu akhirnya berakhir setelah sampai pada kesimpulan bahwa rumah Sukarno adalah tempat terbaik. Faktor keamanan dipertimbangkan untuk menjauhkan proses dari risiko kegagalan proyek yang merusak.

4. Deklarasi dibacakan

Setelah semua setuju lokasi, para tokoh rakyat Indonesia dan para saksi akhirnya berkumpul di rumah Bung Karno pada pukul 10 pagi. Usai membaca sambil melihat teks, Sukarno berpidato singkat tanpa membaca teks. Itu adalah momen yang ditunggu-tunggu sehingga menciptakan suasana yang khusyuk.

5. Kibarkan bendera putih dan merah

Padahal saya membaca papan pengumuman, upacara belum selesai dan ada prosesi pengibaran bendera.

Itu dimulai dengan seorang wanita muda mendekat dari belakang sambil memegang bendera merah putih di atas piring. Seorang prajurit PETA bernama Latief Hendraningrat kemudian mengambil alih tahanan, dibantu oleh Soehoed. Bendera merah putih yang dikibarkan saat prosesi dijahit oleh ibu penerbit, Fatmawati. Ia menyiapkan bendera tersebut beberapa hari sebelum Hari-H. Untuk keperluan warisan, bendera tersebut masih disimpan di Museum Helm dan dapat dilihat oleh masyarakat Indonesia.

Setelah itu, susunan dan pembentukan pejabat pemerintah tidak terjadi secara instan, melainkan secara retrospektif. Berikut beberapa fakta menarik yang mungkin sudah Anda lupakan atau mungkin belum Anda ketahui dari sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Fakta Tentang Perang Surabaya 10 November

Pada hari Jum’at tanggal 9 November 1945, suasana kota Surabaya mencekam. Selebaran yang dijatuhkan dari pesawat terbang melintasi kota saat Sekutu mengirimkan ultimatum mereka. Ultimatum itu termasuk seruan gencatan senjata untuk semua pejuang kemerdekaan.

Sebelumnya, pada 30 Oktober 1945, Jenderal Sekutu Malabi ditembak mati dalam baku tembak di luar gedung Intel. Mengetahui hal itu, pasukan sekutu marah dan menuduh tentara Indonesia menembak Malabar.

Kemarahan sekutu atas kematian Malabi dipicu oleh kedatangan 6.000 tentara Inggris bersenjata lengkap di Surabaya pada 10 November 1945, yang terdiri lebih dari 130.000 pemuda Indonesia, 20.000 anggota Partai Rakyat Indonesia (PRI), dan 10.000 Departemen Keamanan Rakyat (TKR). pertempuran besar-besaran di Surabaya melawan Hampir 100.000 anggota menyatukan orang.

Menurut History of Modern Indonesia oleh Merle C Calvin, sekitar 1300 antara 6.000 dan 16.000 prajurit Indonesia tewas dalam pertempuran dan 200.000 warga sipil melarikan diri dari Surabaya. Karena itulah tanggal 10 November kami tetapkan sebagai Hari Pahlawan untuk memperingati mereka yang gugur membela Indonesia.

Tetapi hanya sedikit orang yang tahu bahwa ada lima fakta aneh yang tersembunyi di balik perjuangan yang intens ini.

1. Juara pertama dalam menembak

Fakta Tentang Perang Surabaya 10 November

Beberapa orang hanya mengetahui bahwa pertempuran terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November.Tahukah Anda di mana baku tembak pertama terjadi?

Dalam buku berjudul Pertempuran Surabaya milik Nugroho Notossanto, kontak senjata pertama antara pasukan koalisi dan pemuda Indonesia terjadi di teater atau bioskop Sampoerna dan di pabrik teh dan tembakau Liem Singh. Saat ini, situs tersebut dikenal dengan nama Sampoerny House (HOS) dan merupakan tujuan wisata sejarah dan budaya di Surabaya.

Bangunan yang dulunya digunakan sebagai Teater Sampoerna ini berubah fungsi menjadi Museum Sejarah Teater Keliling. Sedangkan rokok kretek diproduksi di lantai dua gedung tersebut pada tahun 1913.

2. Ada bendera Belanda yang sobek

Bendera Belanda merah putih biru di Hotel Yamato Surabaya dirusak pemuda Indonesia menjadi merah putih. Kejadian ini konon menjadi salah satu penyebab pecahnya perang di Surabaya pada tanggal 10 November 1945.

Sebelumnya dikenal sebagai Orangee, hotel ini masih ada dan berganti nama menjadi Hotel Majapahit pada tahun 1969. Saat ini, bangunan tersebut berfungsi sebagai hotel sekaligus butik dengan banyak memorabilia bersejarah.

3. Anak muda Surabaya menguasai gudang senjata Jepang sebelum perang

Berlokasi di Jalan Tidar No. 115, Petemon, Sawahan, Surabaya, Gedung ini menjadi saksi kisah anak-anak Suroboyo yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebuah bangunan bergaya Belanda bernama Don Bosco digunakan sebagai gudang senjata Jepang.

Sebelum tragedi 10 November, para pemuda Indonesia menyadari bahwa senjata mereka jauh tertinggal dari pasukan koalisi. Beberapa pemuda Surabaya yang terdiri dari mahasiswa dan warga sekitar mengepung Don Bosco. Belakangan, tiga pemuda Subianto Notwaldho, Mamahit dan jurnalis Sutomo (Bung Tomo) mendatangi Mayor Hashimoto untuk berunding dan menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia.

Tak butuh waktu lama bagi Kapolres Mo Jasin dan komplotannya Hajimoto untuk mengantarkan gudang senjata tersebut ke Indonesia. Sebagian senjata ini dikirim ke berbagai kota di Jawa Tengah dan Jakarta, dan sebagian lagi digunakan untuk melawan pasukan Sekutu pada 10 November 1945.

4. Teriakan “Allahu Akbar” oleh Bunga Tomo.

Untuk menjaga semangat perlawanan terhadap Sekutu, pria bernama asli Sutmo ini mendirikan stasiun radio “Radio Pemberontakan” dan mulai mengudara pada 16 Oktober 1945.

Saat berpidato, Bung Tomo selalu menggunakan tanda seru “Allahu Akbar” di awal dan akhir pidatonya. Hal itu dilakukan pada 10 November 1945 sebagai kode untuk bergabung dengan Kiai dan Santori dalam perang melawan Sekutu.

“Tuhan selamatkan kita semua. Allah Akbar! Allah Akbar! Allah Akbar! Kebebasan!”

5. Kiai ikut serta dalam Perang Surabaya.

Kiai Abbas lulusan Buntet Cirebon, sebuah pesantren, dan menjadi salah satu pemain kunci dalam Perang Surabaya. Pada 10 November 1945, Kiay Abbas menjadi Panglima Angkatan Darat. Tak hanya itu, putra Kiai Abdul Jamil juga memboyong santri untuk membela tanah airnya.

Kiai Abbas melafalkan latihan ini sebanyak tiga kali untuk dihafal santrinya sebelum berangkat berperang. Hanya 80 dari ratusan siswa yang lulus. Lulusan mampu berperang melawan Sekutu dan Jenderal Malabar. Akhirnya, Malaby ditembak mati oleh seorang siswa.